Desalinasi Memanfaatkan Air Laut
untuk Minum
Desalinasi
untuk memanfaatkan air laut sebagai air minum,
kenapa tidak?. Desalinasi (desalinization) merupakan untuk menghilangkan
kadar garam berlebih pada air untuk menghasilkan air yang dapat dikonsumsi
manusia, hewan ataupun tumbuhan.
Dalam
desalinasi selain menghasilkan air yang layak minum, proses ini dapat juga
menghasilkan garam dapur ataupun air berkadar garam tinggi yang dapat
dimanfaatkan sebagai kolam apung sebagai mana salah satu wahana di Taman Impian
Jaya Ancol.
Solusi
Krisis Air Bersih. Desalinasi yang memproses air laut
dengan tingkat kadar garam yang tinggi sehingga tidak layak konsumsi menjadi
air tawar yang dapat dikonsumsi merupakan salah satu alternatif mengatasi
krisis ketersediaan air bersih yang sering kali terjadi di Indonesia.
Dengan
memanfaatkan air laut dan mengolahnya sebagai air minum berarti juga mengurangi
pemakaian air bawah tanah yang diyakini sebagai penyebab utama penurunan tanah
di berbagai tempat terutama di Jakarta. Bahkan, tingkat penurunan tanah akibat
eksploitasi air tanah yang berlebihan di Jakarta, membuat kita was-was akan
bahaya tenggelamnya ibu kota negara kita dalam beberapa puluh tahun kedepan.
Teknologi
desalinasi bukan sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin. Dalam penanganan
bencana tsunami di Aceh, Australia telah membuktikan penerapan teknologi ini
dengan mengolah air laut menjadi air minum yang layak konsumsi bagi korban
bencana alam.
Indonesia
juga telah menerapkan teknologi desalinasi ini. PT Pembangunan Jaya Ancol,
pengelola Taman Impian Jaya Ancol menggunakan teknologi desalinasi guna
menghasilkan air tawar untuk memenuhi kebutuhan tempat rekreasi tersebut
sekaligus menghasilkan air berkadar garam sangat tinggi sebagai hasil
sampingan. Air berkadar garam sangat tinggi ini dialirkan dalam Kolam Apung
Wahana Atlantis Ancol.
Berbagai
negara juga telah menerapkan teknologi desalinasi ini, seperti:
- Amerika Serikat (el Paso, Texas; memproduksi 104 ribu meter kubik air/hari)
- Uni Emirat Arab (mempunyai 3 lokasi, salah satunya Fujairah F2 yang memproduksi 492 juta liter/hari)
- Inggris, Israel, Trinidad, Cyprus dan beberapa negara lainnya.
Teknik
yang digunakan dalam proses desalination ini terbagi dalam 2 kategori :
1.
Membrane technique
Menggunakan
sistem membrane yang dikombinasikan dengan berbagai metode baik pressure
maupun electrical, adapun metode yang termasuk dalam kategori ini
adalah reverse osmosis(RO), electrodialysis (ED), capacitative deionization
(CDI), nanofiltration (NF).
2.
Distillation technique
Menggunakan
tenaga thermal dengan proses evaporasi ataupun kondensasi, adapun metode
yang termasuk dalam kategori ini adalah multistage flash evaporation (MSF),
multieffect distillation (MED atau MEE), vapor compression distillation, solar
thermal distillation.
Adapun
saat ini menurut IDA dalam ASIRC (2005) metode yang banyak digunakan adalah Reverse
osmosis (RO) sebesar 44 % dan Multistage Flash (MSF) sebesar 40 %.
Menurut AQUA-CSP (2007) kemampuan konversi air laut menjadi air bersih pada
metode RO sebesar 20 – 50 % adapun untuk metode MSF hanya mampu mengkonversi
sebesar 10 – 20 %. Disamping itu menurut ASIRC (2005) pada sistem yang
menggunakan sistem thermal membutuhkan energi yang besar dalam
pengoperasiannya sehingga membutuhkan biaya awal pembangunan yang besar
sedangkan pada sitem membrane seperti RO membutuhkan energi dan biaya
pembangunan yang lebih kecil. Sehingga beberapa negara lebih memilih metode RO
dalam proses desalinasi seperti yang dilakukan di Singapura.
Preliminary
design yang dilakukan ASIRC (2005)
menyatakan bahwa metode RO yang akan dibuat diwilayah Sydney nantinya
membutuhkan biaya 1.44 dolar Australia/m3 untuk kapasitas 500.000 m3/hari
dimana sudah termasuk didalamnya biaya untuk pembuatan intake, discharge and
distribution. Proses desalination terbesar saat ini berada diwilayah
Israel dengan kapasitas 273.000 m3/hari dengan biaya 0.53 dolar/m3.
Menurut GF Leitner dalam James E Miller (2003) untuk membangun kapasitas 24
juta gallon /hari membutuhkan investasi 69 sampai 95 juta dolar dengan masa
layan 50 tahun. Nilai investasi yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan
manfaat kedepannya.
Reverse
osmosis (RO)
Adapun
skema yang dilakukan dalam proses desalination dengan metode RO terlihat
seperti ilustrasi dibawah ini, dimana proses purification air laut
dimulai dengan masuknya air laut melalui intake yang berbentuk kanal
ataupun intake tower ditengah laut yang dihubungkan dengan pipa
penyalurnya.
Kemudian
air laut tersebut di pretreatment guna mengontrol :
- Membrane Scalling (calcium sulfate, calcium carbonate)
- Metal oxide fouling (oxide of ferric iron, manganese)
- Biological activity (biofouling, biofilm formation)
- Colloidal, particulate fouling (clays, colloidal colour)
Setelah
proses pretreatment dilakukan maka air laut tersebut kemudian dipompakan
dengan tekanan tinggi melalui spiral membrane untuk memisahkan garam dan
airnya seperti yang terlihat pada ilustrasi dibawah ini, adapun air laut yang
tidak lolos saringan membrane akan dialirkan ke saluran pelepasan/discharge
yang digambarkan dengan garis merah dalam ilustrasi dibawah. Sedangkan
air laut yang lolos saringan kemudian ditampung dalam tampungan air raksasa
yang diwakili dengan garis berwarna biru. Sebelum dialirkan kesaluran air minum
masyarakat, air hasil proses RO yang mana mempunyai total dissolved solid
(TDS) berkisar 25-500 mg/L mesti dipastikan bebas pathogenic organism dengan
menambahkan chlorine.
Menurut
Lattemann dan Hopner dalam AQUA-CSP (2007) guna menghindari efek negatif dari
kenaikan temperatur (pada proses dengan thermal) dan kadar garam (pada proses
dengan mekanis) didaerah pelepasan atau mixing zone maka keluaran air laut
yang tidak lolos penyaringan di membrane RO harus dibatasi kenaikan
temperatur dan kadar garamnya sebesar 10 %.
Saat
ini beberapa desalination plant dikombinasikan dengan PLTU (Pembangkit
Listrik Tenaga Uap) untuk supply air laut dan energi listriknya. Seperti
terlihat pada ilustrasi dibawah, air laut yang akan dimurnikan terlebih dahulu
digunakan oleh power plant untuk membantu dalam proses menghasilkan
energi listrik, kemudian air laut tersebut sebagian dibuang dan sebagian lagi
dialirkan ke desalination plant dengan terlebih dahulu di pretreatment
untuk dilanjutkan dengan penyaringan di membrane RO. Menurut
AQUA-CSP (2007) keuntungan dari kombinasi desalination plant dan power
plant adalah keluaran hasil dari desalination plant dan power
plant akan tercampur sehingga tingkat temperatur air keluaran keduanya dan
kadar garamnya akan memenuhi ambang batas yang diijinkan. Sehingga proses
pemurnian air laut ini akan membawa manfaat besar bagi manusia dengan tidak
merusak lingkungan yang telah memberikan segala sesuatunya.
Dengan adanya peringatan maupun kejadian
kelangkaan air minum baik dalam kuantitas maupun kualitas, desalination mungkin bisa
menjadi pertimbangan pemerintah seperti Indonesia untuk menyediakan sumber air
bersih dari air laut. Alternatif ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan bisnis
yang menguntungkan bagi perusahaan air minum nasional maupun internasional
untuk mampu menyediakan air minum sehat bagi pelanggannya. Desalination juga
mempunyai manfaat lain untuk konservasi sumber air minum tawar yang beberapa
waktu ini mengalami degradasi baik karena eksploitasi berlebihan maupun
penyebab lainnya. Investasi kecil air bersih ini akan membawa manfaat besar
bagi kesehatan masyarakat kedepannya. Singapura telah memulai membuat RO plant berkapasitas 136.000
m3/hari dengan biaya permeter kubiknya (1000 liter) yaitu 4900
rupiah, bagaimana dengan Indonesia yang dikaruniai luas lautan lebih besar dari
daratan ?
From : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar