Jumat, 31 Agustus 2012
Pengertian Geologi
Kata Geologi pertama kali dipergunakan pada Tahun 1473 oleh Richard de Bury untuk Hukum atau Ilmu Kebumian.
Asal kata Geologi:
- Geos : Bumi
- Logos : Ilmu
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi§
Batasan Pengertian/Definisi Geologi menurut beberapa ahli:
1. Katili (1970)
Geologi adalah pengetahuan bumi yang menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada di dalam kerak bumi.
2. Noer Aziz M., dkk. (2002)
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi dan merupakan kelompok ilmu yang mempelajari bumi secara menyeluruh, asal mula, struktur, komposisi, sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan) dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung, yang menjadikan keadaan bumi seperti sekarang ini.
3. Holmes (1965)
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dalam batuan.
Jumat, 10 Agustus 2012
Pengertian Komputer
Komputer
adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut perintah yang
telah dirumuskan. Kata komputer semula dipergunakan untuk menggambarkan
orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau
tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin
itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif
berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai
untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika.
Secara luas, Komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan
elektronik yang terdiri dari beberapa komponen, yang dapat bekerja sama
antara komponen satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu informasi
berdasarkan program dan data yang ada. Adapun komponen komputer adalah
meliputi : Layar Monitor, CPU, Keyboard, Mouse dan Printer (sbg
pelengkap). Tanpa printer komputer tetap dapat melakukan tugasnya
sebagai pengolah data, namun sebatas terlihat dilayar monitor belum
dalam bentuk print out (kertas).
Selasa, 24 Juli 2012
Perencanaan Tambang
Perencanaan tambang merupakan suatu
tahapan awal yang harus ada di dalam serangkaian kegiatan penambangan.
Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang adalah sebagai panduan
utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai kegiatan
penambangan yang efektif, efisien, produktif dan aman.
Berdasarkan perencanaan tambang tersebut, kegiatan tambang akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
- Menambang batubara dengan biaya produksi persatuan berat batubara adalah minimal.
- Mengupayakan operasi penambangan berjalan lancar dan aman.
- Mengupayakan selalu tersedia stock batubara untuk mencegah jika terjadi kesalahan data eksplorasi.
- Selalu siap terhadap perubahan strip tanpa pengerahan peralatan, tenaga, schedule produksi.
- Operasi berjalan logis sejak schedule awal (pelatihan tenaga, peralatan, logistic, dll). Hal ini untuk memperkecil resiko penundaan posisi cash flow positif.
- Memaksimalkan rancangan lereng pit sehingga memperkecil kemungkinan terjadi kelongsoran.
- Upayakan pencapaian keuntungan ekonomi pada kondisi produksi yang wajar.
Guna mencapai manfaat positif tersebut
di atas, maka pada tahapan perencaaan tambang ini harus mempertimbangkan
beberapa point berikut yang merupakan faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi jalannya operasional penambangan, yaitu :
- Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).
- Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).
- Cut of Grade/Optimum Pit Limit.
- Penentuan metoda Penambangan.
- Pembuatan Layout tambang & Design.
- Perhitungan Blok Cadangan.
- Pembuatan Schedule Produksi.
- Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.
- Penentuan Urutan (sequence) Tambang.
- Penentuan System Drainase.
- Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.
Pengertian Teknik Reservoir
Teknik reservoir adalah cabang ilmu dari ilmu teknik perminyakan. Beberapa
pakar dibidang perminyakan telah mendefinisikan teknik reservoir sebagai
berikut :
Craft and Hawkins (1959) :
Reservoir engineering may be
defined as the application of scientific prin-
ciples to the drainage problems arising
during the development and
pro-
duction of oil and gas
reservoirs. Reservoir engineering is the art of deve-
loping and producing oil and
gas fields in such a manner
as to obtain a
high economic recovery.
Frank W. Cole (1962) :
The principles function of
reservoir engineering is to predict the further be-
haviuor of a petroleum
reservoir under the variuos producing mechanism
which are, or may become
available. The various operating plans is an in-
tegral part of any reservoir
engineering study.
E. H. Timmerman (1982) :
The prime objective of
reservoir engineering is to understand
the secrets
of nature that are applicable
to a specific oil and gas reservoirs. Such in-
formation is essential when
future performance and recoverable reserves
are to be reliably forecast.
Melihat kepada definsisi-definisi
tersebut maka teknik reservoir dapat kita defini-sikan sebagai berikut :
Teknik
reservoir adalah bagian dari ilmu teknik perminyakan yang mempelajari masalah
pengurasan cadangan suatu reservoir (RECOVERY), termasuk pemahaman sifat &
kelakuan reservoir masa lalu, sekarang dan yang akan datang, sehingga mampu
membuat peramalan kinerja reservoir (RESERVOIR PERFORMANCES) untuk perencanaan
strategi pengurasan cadangan MIGAS yang secara ekonomi paling menguntungkan
(MAXIMUM ULTIMATE PETROLEUM RECOVERY STRATEGY PLANNING FOR ECONOMICALLY
PROFITABLE) CADANGAN (RESERVES) MIGAS
yang paling menguntungkan (ekonomis).
Minggu, 22 Juli 2012
Porositas
Pengertian porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga – rongga pori terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen dan disebut porositas.
Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’, yang berarti volum yang dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam kaki (feet).
Selain itu dikenal juga istilah porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga – rongga di dalam batuan berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total yang biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen.
1.2 Besaran Porositas
Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10 sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat non komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh adanya beberapa factor lain. Secara teoritis porositas tidak bisa lebih besar dari 47,6 persen. Hal ini disebabkan karena keadaan sebagai terlihat pada Gambar 4.4, yang berlaku untuk porositas jenis intergranuler. Dalam gambar tersebut dapat dilihat suatu kubus yang terdiri dari 8 seperdelapan bola, sebagaimana dapat dilihat pada butir – butir oolit. Porositas maximum yang didapatkan adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis nilai yang didapatkan adalah sebagai berikut.
Jelaslah, bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar butir. Jika kita subtitusikan r untuk angka berapa saja maka kita akan tetap mendapatkan angka 47,6 tersebut.
Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu;
1) Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle : gas digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut.
2) Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif
3) Dari log kecepatan pemboran
4) Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis
5) Dari hilangnya inti pemboran
1.3 Skala Visul Pemerian Porositas
Di lapangan bila kita dapatkan perkiraan secara visual dengan menggunakan peraga visual. Penentuan ini bersifat semi – kuantitatif dan dipergunakan suatu skala sebagai berikut :
0 – 5% dapat di abaikan (negligible)
5 – 10 % buruk (poor)
10 – 15% cukup (fair)
15 – 20 % baik (good)
20 – 25% sangat baik (very good)
25% istimewa (excellent)
Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan secara kualitatif. Antara lain ialah jenis :
1) Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang didapat di antara butir – butir.
2) Antar Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara kristal – kristal.
3) Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah – celah.
4) Bintik – bintik jarum (point – point porosity), berarti bahwa pori – pori merupakan bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan bersambungan.
5) Ketat (thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak sehingga pori – pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.
6) Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hamper tidak ada porositas.
7) Growing (vugular), yang berarti rongga – rongga besar berdiameter beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.
8) Bergua – gua (cavernous), yang berarti rongga – rongga besar sekali malahan berupa gua – gua, sehingga porositas sangat besar.
Langganan:
Postingan (Atom)